DESIGNER
BERBAKAT
DIAN
PELANGI
Makalah Pengantar Kreatifitas dan
Keberbakatan
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Penilaian
Disusun Oleh :
Mega Setyorini Putri (15513391)
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
DEPOK
2015
1.
Autobiografi
DIAN PELANGI
Dian Wahyu Utami adalah
nama Asli dari Dian Pelangi. Ia merupakan salah satu perancang busana kelas atas
di Indonesia. Dian Pelangi(23) adalah desainer utama Dian Pelangi Company,
salah satu perusahaan busana muslim terkemuka di Indonesia. Lahir di Palembang
pada tahun 1991, Pendidikan Dian Utami yaitu: TK Ikal Dolog di Palembang, SD MI
2 di Palembang, SMP Insan Kamil, Ponpes Al-Ihya Bogor dan SMK Negeri 1
Pekalongan, beliau kemudian lulus dari Ecole Superieur des Arts et Techniques
de la Mode (ESMOD) pada 2008 dengan nilai yang tinggi.
Dikenal sebagai
desainer yang multitalenta, Dian membawa angin segar nan penuh warna ke
panggung busana muslim di Indonesia maupun mancanegara. Dian terinspirasi akan
pelangi yang begitu kaya warna dan selalu berusaha menggali kekayaan budaya
Indonesia, mulai dari tie dye yang
cerah, songket yang indah, sampai batik yang mewah. Dian Pelangi merupakan
salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam trend fashion bergaya di
Indonesia. Banyak masyarakat yang tampaknya mengikuti hamper setiap gaya yang
diciptakan oleh Dian Pelangi.
Pada tahun 2012, Dian
pelangi menerbitkan buku sendiri dengan judul Hijab Street Style yang
diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Buku Hijab Street Style merupakan buku
pertama Dian Pelangi yang diluncurkan pada tanggal 15 Juli 2012. Buku tersebut
berisi mengenai 600 lebih foto muslimah dari berbagai Indonesia dan juga dari
luar negeri seperti Kuala Lumpur, Singapura, Bangkok dan lain-lain.
Setelah diwawancarai
oleh CNN pada tahun 2010, popularitas Dian melejit dan langsung menjadi salah
satu tokoh paling berpengaruh dan diikuti di dunia mode Indonesia. Menyadari
pengaruhnya yang sudah sangat luas, anggota termuda dari Asosiasi Perancang
Pengusaha Muda Indonesia (APPMI) ini menerbitkan sebuah buku yang berisi
kumpulan ‘street style’ para muslimah yang ditemuinya di negara-negara yang ia
kunjungi.
2.
Inspirasi
Dian Pelangi
Dian Pelangi sangat suka dengan gaya busana
Timur Tengah. Ia mulai mengamati gaya busana mereka sejak Dian Pelangi sekolah
di Mesir. Menurut Dian, mereka yang paling menjiwai bagaimana cara berbusana
muslim yang baik. Ini sangat menginspirasi Dian Pelangi dalam mendesain busana
muslim. Tidak hanya terpaku pada gaya mereka. Dian Pelangi juga suka mengadopsi
gaya busana masyarakat Eropa saat musim dingin. Dari situ ia mulai mencoba
merancang busana tapi tetap dengan memadukan ciri khas budaya Indonesia,
seperti jumputan, songket, dan batik.
Dian Pelangi ingin mengangkat pengerajin asli
Indonesia, agar hasil kerajinan mereka dikenal masyarakat luas. Pakem rancangan
busana muslim yang pasti bahannya tidak boleh transparan, desainnya tidak boleh
membentuk tubuh, auratnya harus tertutup rapat, tidak mengundang perhatian
orang, dan tidak terlalu heboh. Tetap saja masing-masing juga ada tolak
ukurnya. Ia juga harus memperhatikan perkembangan zaman. Kalau tidak, maka
semakin sulit menginspirasi seseorang untuk mengenakan busana rapat dan
menggunakan hijab.
Ciri khas busana Dian Pelangi, adalah corak
warna-warni sesuai label ‘Pelangi’ yang ia pakai. Minimal ada 2 -3 warna dalam
setiap rancangannya. Harapannya, tanpa melihat label, orang sudah tahu itu
rancangan Dian Pelangi. Kalau tidak, bisa dicap rancangan orang lain. Material
kain impor atau local yaitu Tenun, songket , batik, dan jumputan diproduksi
sendiri di Pekalongan. Bahannya pun asli Indonesia. Khusus jumputan yang memang
asli Palembang, biasanya desaign-nya gradasi warnanya baru dijumput. Kalau
tenun, ayahnya menekuni sejak lama.
3.
Kesuksesan
dan Perubahan yang Dian Pelangi Berikan Untuk para Hijabers
Pada Awalnya Dian Pelangi resah setiap mendengar
wanita pemakai jilbab atau hijab dicitrakan kuno, tua, dan kampungan. Tumbuh di
keluarga kental tradisi Islam, ayah pengusaha garmen, dan ibu pemilik butik
muslim, ia pun tertantang membuat perubahan.
Berbekal pendidikan tata busana dan agama, ia
ambil alih usaha butik ibunya. Tanpa menerjang pakem syariat Islam, ia perlahan
mengubah citra negatif busana muslim lewat rancangannya yang stylish dan
trendy.
Rancangannya tak
hanya memikat muslimah tanah air, tapi juga mancanegara. Bahkan, mereka yang
tak mengenakan hijab. “Saya tertantang mencipta fashion muslim yang berbeda.
Karena selama ini berbusana muslim itu dianggap nggak keren, kampungan,” kata
pemilik nama Dian Wahyu Utami itu.
a.
Hijaber Community
Di tengah sukses sebagai perancang muda, wanita
kelahiran 14 Januari 1991 itu menelurkan ‘Hijaber Community’. Komunitas
muslimah muda yang aktif membagi tips dan pengalaman terkait hijab dan Islam.
Kegiatannya mulai dari islamic fashion show, tutorial memakai hijab, tausiyah,
dan pengajian. Bermula dari usul Ria Miranda, untuk mengundang para muslimah
remaja aja nonton fashion show sekalian buka bersama. Akhirnya, undangan lewat
jejaring sosial, Dian dan team juga gandeng para fashion blogger.
Animonya
ternyata bagus, dari 30 kursi yang dipesan untuk buka puasa ternyata yang
datang sampai 50-an orang. Dari situ, ada sekitar 30 orang yang intens
berkomunikasi. Januari 2011 mulai terbentuk komunitas itu dan, Maret 2011
Hijaber Community resmi launching. Kegiatannya tidak hanya mengadakan persiapan
fashion show, tapi ada juga acara pengajian rutin, tausiyah. Jadi nggak sekedar
kumpul-kumpul haha hihi dan ngomongin fashion aja, jadi ada pengajiannya juga,
tidak melulu fashion show.
Prinsip Hijabers Community, syiar itu tidak
mesti dilakukan di masjid, bisa saja syiar (menyebarkan ajaran-ajaran Islam)
dilakukan di mall dengan memakai busana muslim yang menarik. di komunitas ini selalu
saling mengingatkan, seperti ketika pake kerudung kelihatan rambut atau leher,
mereka saling mengingatkan. Bukan sekedar membuat komunitas tapi tetap ada
pakem-pakem muslimahnya. Dan syarat masuk komunitas ini yang pasti harus
memakai hijab. Saat ini, yang tergabung dalam komite kepengurusan dengan
rentang usia 20-30 tahun. Sejauh ini, sudah ada cabang di Bandung dan
Yogyakarta.
b.
Fashion Show di
Melbourne, Australia
Pertengahan tahun 2009, Dian Pelangi diajak
Kementrian Pariwisata menggelar fashion show di Melbourne, Australia. Dan diikuti
juga oleh perancang senior Iva Latifah juga. Pada saat itu usia Dian Pelangi
masih 18 tahun. Responsnya
pun bagus dan sampai ada ulasan di koran terkemuka setempat The Age. Mereka takjub dengan kolaborasi
religi dan style yang Dian Pelangi buat.
Mereka tidak menganggap Dian Pelangi aneh, atau
mengait-ngaitkan busana muslim dengan terorisme. Mereka sangat apresiasi Karya
busana Dian Pelangi. Banyak Pula Warga Negara Asing yang memborong, karena
memang potongannya universal, bisa dipakai tanpa kerudung. Dari situ Dian
Pelangi semakin tertantang membuat baju muslim yang stylish, tanpa harus dengan
bahan mahal.
c.
Jakarta Fashion Week 2009
Dian Pelangi tampil sebagai desainer junior
pendatang baru. Responsnya pun luar biasa. Semua orang sepertinya membicarakan
Dian Pelangi dengan banyaknya ulasan di media cetak, elektronik, dan internet.
Ajang ini
yang sepertinya membuat Dian Pelangi makin dikenal dan mendatangkan undangan
fashion show ke mancanegara. Ini menjadi batu loncatan yang bagus banget bukan
hanya untuk Dian Pelangi tapi untuk semua fashion disainer Indonesia.
d.
Indonesia Is Remarkable’ di Harrods 2010
Dari situ, koleksi Dian Pelangi dilirik
Kementrian Pariwisata untuk dibawa ke London, Inggris, April 2010, dalam acara
‘Indonesia Is Remarkable’ di Harrods. Namun, sebelumnya Dian Pelangi juga
sempat diajak pameran oleh Kementrian Perindustrian dan Perdagangan ke Abu
Dhabi. Dan, responsnya selalu positif.
Rancangan Dian Pelangi sudah tersebar dibeberapa
wilayah Timur Tengah seperti Dubai, Abu Dhabi, Kairo, Jordania. Juga Malaysia,
Singapura, Perth, Melbourne, London. Sudah banyak juga yang menawarkan untuk membuka
butik di luar negeri. Banyak juga tawaran untuk sekadar memasarkan
koleksi-koleksi saya di Dubai, Jordania, bahkan Belgia.
e.
The
International Fair of Muslim World di Le Bourget 2011
Pada akhir 2011, Dian Pelangi diundang
ke Paris untuk mengikuti The International Fair of Muslim World di Le Bourget
dan memastikan jejaknya sebagai salah seorang desainer muda Indonesia yang
patut diperhitungkan.
f.
Indonesia Fashion Week 2014 – Dian
Pelangi present Royal Kingdom
Pada “Indonesia Fashion
Week 2014″ kali ini Dian Pelangi menampilkan “Royal Kingdom” yang sebelumnya di
pamerkan di London, UK. Setidaknya 20 busana yang dipamerkan oleh Dian Pelangi.
Dengan keryanya kali ini, Dian Pelangi mampu menyita perhatian para penikmat
mode yang datang pada hari itu. Peragaan busana koleksi Dian Pelangi terbagi
berdasarkan tiga sekuens, Bali, Jawa Tengah dan Palembang, yang setiap
sekuensnya mewakili tema busana yang dipamerkan.
Dian menggunakan tiga
kain tradisional yang berasal dari tiga provinsi. Tenun Bali, Songket
Palembang, dan Batik Jawa Tengah dikemas secara cantik dengan campuran warna
lainnya yang menjadi ciri khas karya designer muda ini.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar