Selasa, 21 April 2015

Pengantar Kreativitas dan Keberbakatan

DESIGNER BERBAKAT
DIAN PELANGI



Makalah Pengantar Kreatifitas dan Keberbakatan
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penilaian
Disusun Oleh :
   
 Mega Setyorini Putri (15513391) 

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
DEPOK

2015

1.            Autobiografi DIAN PELANGI
Dian Wahyu Utami adalah nama Asli dari Dian Pelangi. Ia merupakan salah satu perancang busana kelas atas di Indonesia. Dian Pelangi(23) adalah desainer utama Dian Pelangi Company, salah satu perusahaan busana muslim terkemuka di Indonesia. Lahir di Palembang pada tahun 1991, Pendidikan Dian Utami yaitu: TK Ikal Dolog di Palembang, SD MI 2 di Palembang, SMP Insan Kamil, Ponpes Al-Ihya Bogor dan SMK Negeri 1 Pekalongan, beliau kemudian lulus dari Ecole Superieur des Arts et Techniques de la Mode (ESMOD) pada 2008 dengan nilai yang tinggi.

Dikenal sebagai desainer yang multitalenta, Dian membawa angin segar nan penuh warna ke panggung busana muslim di Indonesia maupun mancanegara. Dian terinspirasi akan pelangi yang begitu kaya warna dan selalu berusaha menggali kekayaan budaya Indonesia, mulai dari tie dye yang cerah, songket yang indah, sampai batik yang mewah. Dian Pelangi merupakan salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam trend fashion bergaya di Indonesia. Banyak masyarakat yang tampaknya mengikuti hamper setiap gaya yang diciptakan oleh Dian Pelangi.
Pada tahun 2012, Dian pelangi menerbitkan buku sendiri dengan judul Hijab Street Style yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Buku Hijab Street Style merupakan buku pertama Dian Pelangi yang diluncurkan pada tanggal 15 Juli 2012. Buku tersebut berisi mengenai 600 lebih foto muslimah dari berbagai Indonesia dan juga dari luar negeri seperti Kuala Lumpur, Singapura, Bangkok dan lain-lain.

Setelah diwawancarai oleh CNN pada tahun 2010, popularitas Dian melejit dan langsung menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dan diikuti di dunia mode Indonesia. Menyadari pengaruhnya yang sudah sangat luas, anggota termuda dari Asosiasi Perancang Pengusaha Muda Indonesia (APPMI) ini menerbitkan sebuah buku yang berisi kumpulan ‘street style’ para muslimah yang ditemuinya di negara-negara yang ia kunjungi.

2.            Inspirasi Dian Pelangi
Dian Pelangi sangat suka dengan gaya busana Timur Tengah. Ia mulai mengamati gaya busana mereka sejak Dian Pelangi sekolah di Mesir. Menurut Dian, mereka yang paling menjiwai bagaimana cara berbusana muslim yang baik. Ini sangat menginspirasi Dian Pelangi dalam mendesain busana muslim. Tidak hanya terpaku pada gaya mereka. Dian Pelangi juga suka mengadopsi gaya busana masyarakat Eropa saat musim dingin. Dari situ ia mulai mencoba merancang busana tapi tetap dengan memadukan ciri khas budaya Indonesia, seperti jumputan, songket, dan batik.
Dian Pelangi ingin mengangkat pengerajin asli Indonesia, agar hasil kerajinan mereka dikenal masyarakat luas. Pakem rancangan busana muslim yang pasti bahannya tidak boleh transparan, desainnya tidak boleh membentuk tubuh, auratnya harus tertutup rapat, tidak mengundang perhatian orang, dan tidak terlalu heboh. Tetap saja masing-masing juga ada tolak ukurnya. Ia juga harus memperhatikan perkembangan zaman. Kalau tidak, maka semakin sulit menginspirasi seseorang untuk mengenakan busana rapat dan menggunakan hijab.
Ciri khas busana Dian Pelangi, adalah corak warna-warni sesuai label ‘Pelangi’ yang ia pakai. Minimal ada 2 -3 warna dalam setiap rancangannya. Harapannya, tanpa melihat label, orang sudah tahu itu rancangan Dian Pelangi. Kalau tidak, bisa dicap rancangan orang lain. Material kain impor atau local yaitu Tenun, songket , batik, dan jumputan diproduksi sendiri di Pekalongan. Bahannya pun asli Indonesia. Khusus jumputan yang memang asli Palembang, biasanya desaign-nya gradasi warnanya baru dijumput. Kalau tenun, ayahnya menekuni sejak lama.

3.            Kesuksesan dan Perubahan yang Dian Pelangi Berikan Untuk para Hijabers

Pada Awalnya Dian Pelangi resah setiap mendengar wanita pemakai jilbab atau hijab dicitrakan kuno, tua, dan kampungan. Tumbuh di keluarga kental tradisi Islam, ayah pengusaha garmen, dan ibu pemilik butik muslim, ia pun tertantang membuat perubahan.
Berbekal pendidikan tata busana dan agama, ia ambil alih usaha butik ibunya. Tanpa menerjang pakem syariat Islam, ia perlahan mengubah citra negatif busana muslim lewat rancangannya yang stylish dan trendy.
 Rancangannya tak hanya memikat muslimah tanah air, tapi juga mancanegara. Bahkan, mereka yang tak mengenakan hijab. “Saya tertantang mencipta fashion muslim yang berbeda. Karena selama ini berbusana muslim itu dianggap nggak keren, kampungan,” kata pemilik nama Dian Wahyu Utami itu.

a.            Hijaber Community
Di tengah sukses sebagai perancang muda, wanita kelahiran 14 Januari 1991 itu menelurkan ‘Hijaber Community’. Komunitas muslimah muda yang aktif membagi tips dan pengalaman terkait hijab dan Islam. Kegiatannya mulai dari islamic fashion show, tutorial memakai hijab, tausiyah, dan pengajian. Bermula dari usul Ria Miranda, untuk mengundang para muslimah remaja aja nonton fashion show sekalian buka bersama. Akhirnya, undangan lewat jejaring sosial, Dian dan team juga gandeng para fashion blogger.
          Animonya ternyata bagus, dari 30 kursi yang dipesan untuk buka puasa ternyata yang datang sampai 50-an orang. Dari situ, ada sekitar 30 orang yang intens berkomunikasi. Januari 2011 mulai terbentuk komunitas itu dan, Maret 2011 Hijaber Community resmi launching. Kegiatannya tidak hanya mengadakan persiapan fashion show, tapi ada juga acara pengajian rutin, tausiyah. Jadi nggak sekedar kumpul-kumpul haha hihi dan ngomongin fashion aja, jadi ada pengajiannya juga, tidak melulu fashion show. 

Prinsip Hijabers Community, syiar itu tidak mesti dilakukan di masjid, bisa saja syiar (menyebarkan ajaran-ajaran Islam) dilakukan di mall dengan memakai busana muslim yang menarik. di komunitas ini selalu saling mengingatkan, seperti ketika pake kerudung kelihatan rambut atau leher, mereka saling mengingatkan. Bukan sekedar membuat komunitas tapi tetap ada pakem-pakem muslimahnya. Dan syarat masuk komunitas ini yang pasti harus memakai hijab. Saat ini, yang tergabung dalam komite kepengurusan dengan rentang usia 20-30 tahun. Sejauh ini, sudah ada cabang di Bandung dan Yogyakarta.

b.           Fashion Show di Melbourne, Australia
Pertengahan tahun 2009, Dian Pelangi diajak Kementrian Pariwisata menggelar fashion show di Melbourne, Australia. Dan diikuti juga oleh perancang senior Iva Latifah juga. Pada saat itu usia Dian Pelangi masih 18 tahun. Responsnya pun bagus dan sampai ada ulasan di koran terkemuka setempat The Age. Mereka takjub dengan kolaborasi religi dan style yang Dian Pelangi buat.

Mereka tidak menganggap Dian Pelangi aneh, atau mengait-ngaitkan busana muslim dengan terorisme. Mereka sangat apresiasi Karya busana Dian Pelangi. Banyak Pula Warga Negara Asing yang memborong, karena memang potongannya universal, bisa dipakai tanpa kerudung. Dari situ Dian Pelangi semakin tertantang membuat baju muslim yang stylish, tanpa harus dengan bahan mahal.


c.              Jakarta Fashion Week 2009

Dian Pelangi tampil sebagai desainer junior pendatang baru. Responsnya pun luar biasa. Semua orang sepertinya membicarakan Dian Pelangi dengan banyaknya ulasan di media cetak, elektronik, dan internet.
            Ajang ini yang sepertinya membuat Dian Pelangi makin dikenal dan mendatangkan undangan fashion show ke mancanegara. Ini menjadi batu loncatan yang bagus banget bukan hanya untuk Dian Pelangi tapi untuk semua fashion disainer Indonesia.


d.           Indonesia Is Remarkable’ di Harrods 2010

Dari situ, koleksi Dian Pelangi dilirik Kementrian Pariwisata untuk dibawa ke London, Inggris, April 2010, dalam acara ‘Indonesia Is Remarkable’ di Harrods. Namun, sebelumnya Dian Pelangi juga sempat diajak pameran oleh Kementrian Perindustrian dan Perdagangan ke Abu Dhabi. Dan, responsnya selalu positif.

Rancangan Dian Pelangi sudah tersebar dibeberapa wilayah Timur Tengah seperti Dubai, Abu Dhabi, Kairo, Jordania. Juga Malaysia, Singapura, Perth, Melbourne, London. Sudah banyak juga yang menawarkan untuk membuka butik di luar negeri. Banyak juga tawaran untuk sekadar memasarkan koleksi-koleksi saya di Dubai, Jordania, bahkan Belgia.

e.             The International Fair of Muslim World di Le Bourget 2011

Pada akhir 2011, Dian Pelangi diundang ke Paris untuk mengikuti The International Fair of Muslim World di Le Bourget dan memastikan jejaknya sebagai salah seorang desainer muda Indonesia yang patut diperhitungkan.



f.             Indonesia Fashion Week 2014 – Dian Pelangi present Royal Kingdom
Pada “Indonesia Fashion Week 2014″ kali ini Dian Pelangi menampilkan “Royal Kingdom” yang sebelumnya di pamerkan di London, UK. Setidaknya 20 busana yang dipamerkan oleh Dian Pelangi. Dengan keryanya kali ini, Dian Pelangi mampu menyita perhatian para penikmat mode yang datang pada hari itu. Peragaan busana koleksi Dian Pelangi terbagi berdasarkan tiga sekuens, Bali, Jawa Tengah dan Palembang, yang setiap sekuensnya mewakili tema busana yang dipamerkan.
Dian menggunakan tiga kain tradisional yang berasal dari tiga provinsi. Tenun Bali, Songket Palembang, dan Batik Jawa Tengah dikemas secara cantik dengan campuran warna lainnya yang menjadi ciri khas karya designer muda ini.






SUMBER       :










Tidak ada komentar:

Posting Komentar