Selasa, 28 April 2015

KESEHATAN MENTAL

FENOMENA STRESS PADA REMAJA WANITA YANG MELAKUKAN ABORSI DILUAR NIKAH

2,3 Juta Kasus Aborsi Per Tahun, 30 Persen oleh Remaja

DENPASAR, SENIN — Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, 30 persen di antaranya dilakukan oleh para remaja.
"Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja menunjukkan kecenderungan meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun," kata Luh Putu Ikha Widani dari Kita Sayang Remaja (Kisara) Bali di Denpasar Senin.
Ia mengatakan, survei yang pernah dilakukan pada sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan, KTD mencapai 37.000 kasus, 27 persen di antaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen adalah pelajar. KTD di kalangan remaja hingga sekarang masih menjadi dilema yang belum dapat diselesaikan secara tuntas. Banyak kalangan yang pada akhirnya memojokkan remaja sebagai pelaku tunggal.
"Jika dicermati lebih jauh, munculnya KTD di kalangan remaja adalah akumulasi dari serangkaian ketidakberpihakan berbagai kalangan terhadap remaja," ujar Ikha Widani.  Hambatan tersebut antara lain menyangkut upaya memberikan informasi kesehatan reproduksi yang cukup dan mendalam, serta semakin banyaknya remaja yang terjebak oleh mitos dibanding dengan fakta.
Untuk itu, langkah awal perlunya upaya meningkatkan akses remaja terhadap informasi yang benar dengan merangkul berbagai kalangan, termasuk media massa. Ikha Widani menjelaskan, selain kehamilan yang tidak diinginkan perlu mendapat penanganan secara serius, juga menyangkut penderita HIV/AIDS, mengingat lebih dari 50 persen menimpa kelompok usia 19-25 tahun dengan kondisinya semakin mengkhawatirkan.
"Berbagai hasil penelitian menunjukkan, sekitar 28,5 persen para remaja telah melakukan hubungan seksual sebelum nikah dan 10 persen di antaranya akhirnya menikah dan memiliki anak," ujar Ikha Widani.

Pasangan Mahasiswa Pelaku Aborsi Diamankan Polisi
Muhammad Nur Abdurrahman - detikNews
http://beta.newopenx.detik.com/delivery/lg.php?bannerid=9131&campaignid=3379&zoneid=1124&loc=1&referer=http%3A%2F%2Fnews.detik.com%2Fread%2F2014%2F10%2F20%2F013350%2F2723348%2F10%2Fpasangan-mahasiswa-pelaku-aborsi-diamankan-polisi&cb=0259deb760

Makassar, - Dua sejoli pelaku kasus aborsi yang masih berstatus mahasiswa di perguruan tinggi swasta terbesar di Makassar, yakni RM (21) dan WI (21), diamankan di rumahnya di komplek Phinisi Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan.

Pasangan remaja ini dibekuk anggota Polsek Rappocini, setelah seorang sopir taksi Bosowa bernama Bayu datang melapor ke Polsek Rappocini, bahwa dirinya telah mengantar beberapa orang remaja ke Taman Pemakaman Islam (TPI) Sudiang, pada Jumat (17/10), untuk menguburkan bayi yang sudah dibungkus kain kafan.

Selain kedua pasangan remaja ini, tiga rekannya yang sekampus dengan kedua pelaku, yakni WW, IW dan AM, turut diamankan ke Mapolsek, Minggu (19/10/2014) karena turut membantu atau mengetahui proses pemakaman janin yang sudah diaborsi tersebut.

RM (21), tersangka pria, yang ditemui detikcom di ruang Unit Reskrim Polsek Rappocini menyebutkan bahwa WI (21), kekasihnya yang ia pacari sejak tahun 2011 dan terlanjur berbadan dua tersebut belum siap memiliki bayi dan malu pada keluarganya yang tinggal di Jayapura.

RM mengakui bahwa WI nekat menggugurkan kandungannya yang telah masuk usia 6 bulan dengan mengkonsumsi pil tertentu yang ia beli secara online.

"Saya beli pil-nya pada seseorang yang kami kenal melalui Internet, ketemuannya di jalan AP Pettarani, setelah dikonsumsi janinnya keluar," ujar RM.

Usai digugurkan, orok tersebut dibungkus kain kafan lalu disalati di rumah pelaku, sebelum dimakamkan di TPI Sudiang. RM membayar tukang gali kubur sebesar Rp 1,5 juta di TPI Sudiang.

AKP dr. Mauluddin Mansur Sp.F, anggota tim forensik Dokpol Polda Sulselbar, pada detikcom di Mapolsek Rappocini, menyebutkan pihaknya akan melakukan otopsi dengan membongkar makam bayi pada senin sore (20/10).

"Kami akan bongkar kuburan janin tersebut untuk memastikan apa betul kasus ini tindakan aborsi atau bukan, bilamana janin berusia 8 bulan ke bawah itu termasuk kasus aborsi, tapi kalau usia janin sudah 9 bulan maka tindakannya adalah pembunuhan bayi," ujar dia.

Akhiri hari anda dengan menyimak beragam informasi penting dan menarik sepanjang hari ini, di "Reportase Malam" pukul 01.30 WIB, hanya di Trans TV

A.           PENGERTIAN ABORSI
Membicarakan mengenai aborsi ini memfokuskan pada perempuan, yaitu perempuan mempunyai dilemma untuk meneruskan atau menghentikan kehamilannya. Hal ini cukup sulit karena berkaitan dengan kehidupan orang lain.
Bagaimana keputusan yang diambil itu sudah mempertimbangkan segi agama,hokum kesehatan dan bahkan segi sosial budaya di Indonesia. Dalam pengambilan keputusannya aka nada konflik yang terjadi, apabila sang ibu menggugurkan calon anak yang ada di janinnya sang ibu akan berdosa dan akan timbulnya rasa bersalah yang sangat besar sedangkan apabila iya mempertahankan calon anak dalam janinnya maka sang ibu harus menyiapkan mental karena akan adanya resiko dalam segi sosial.
Istilah abortus atau aborsi secara etimologis berarti pengguran atau keguguran kandungan atau membuang janin dan perkataan abortus merupakan istilah bahasa inggris yang sudah diterjemahkan oleh dokter Arab menjadi Isqatul hamil (pengguran kandungan yang sudah tua). Sedangkan pengguran kandungan masih muda di terjemahkan oleh dokter Arab menjadi istilah wasailul ijhash (Menstrual Regulation/MR).
Adapun abortus menurut pendapat ahli kedokteran adalah sebagai berikut :
1.      Menurut Bahasa : Kata aborsi berasal dari bahasa inggris yaitu Abortion yang artinya gugur kandungan atau keguguran. Dalam bahasa arab disebut Isqatu Al Hamil atau Al Ijhadh.
2.      Menurut Sardikin Ginaputra (Fak. Kedokteran UI) : Abortus ialah pengakhiran kehamilan, atau konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
3.      Menurut Dokter Suma’mur PKMSe : Abrortus suatu peristiwa keluarnya kehamilan sebelum anak mampu untuk melangsungkan hidup secara berdiri sendiri.
4.      Menurut Nani Soendo, SH : Aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan, pada waktu janin masih demikian kecilnya,sehingga tidak dapat hidup.

B.            PENGERTIAN STRESS
Menurut Hans Selye, “stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya” (Pusdikes,Dep.Kes.1989) 
Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal.
Menurut Korchin (1976) keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang 
Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brect (2000) bahwa yang dimaksud stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut

C.           PENYEBAB REMAJA MELAKUKAN ABORSI
Kehamilan yang tidak diinginan sebagai akibat dari seks pranikah yang dilakukan oleh remaja wanita umumnya berakhir aborsi. Kehamilan tersebut merupakan stressor yang mengancam kesejahteraan mereka dan menjadikan aborsi sebagai satu satunya solusi untuk menghindari resiko dan tanggung jawab sosial, financial, dan psikologis yang ada apabila kehamilan tersebut dilanjutkan.
Salah satu anggapan yang sering dikemukakan orang adalah faktor agama. Dapat dikatakan bahwa perilaku yang awalnya berupa perilaku seksual yang bertentangan dengan norma agama pada remaja disebabkan merosotnya kepercayaan pada agama. Dalam kaitan norma sosial pun menjadi salah satu alasan para remaja wanita lebih memilih untuk melakukan aborsi karena pada saat dia harus memutuskan mempertahankan kandungannya akan ada konsekuensi sosial yang akan di terima oleh anak remaja tersebut.
Kesiapan mental sang calon ibu pun menjadi pertimbangan. Karena kehamilan di luar nikah membuat peluang besar calon ibu mengalami stress karena kurangnya persiapan mental sang ibu. Penerimaan dari lingkungan yang harus dia terima dan juga dari keluarga akan menjadi pertimbangan selanjutnya buat sang calon ibu.
Penyebab selanjutnya adalah kurang bertanggung jawabnya calon ayah. Mereka melakukan hubungan seksual di luar nikah memang karena suka sama suka namun bisa saja calon sang ayah hanya ingin memuaskan nafsu seksualnya semata tanpa memikirkan apa konsekuensi yang akan ia terima setelah mereka melakukan hubungan seksual di luar nikah tersebut , apalagi pasangan muda biasanya masih ingin menikmati hidup bebasnya.
Lahirnya anak tanpa persiapan yang matang, tanpa upacara perkawinan yang resmi merupakan aib buat seluruh keluarga dan ditambah pula akan terganggunya pendidikan remaja wanita tersebut menjadi penyebab timbulnya stress dan bisa saja berujung pada depresi. Kurangnya pendidikan seks yang baik dan juga pendidikan tentang bahaya aborsi yang menjadi pemicu utama para remaja tidak mempertimbangkan terlebih dahulu saat akan melakukan hubungan seksual.

D.           ANALISIS KASUS
Tingkat aborsi di Indonesia sekarang sangatlah tinggi dan juga sekarang bukan saja dilakukan oleh para wanita yang memang mendapat rujukan aborsi namun juga sekarang sangat banyak dilakukan oleh para remaja wanita diluar nikah. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menimbulkan stress pada para remaja wanita.
Stress merupakan fakta hidup, tapi cara dalam menghadapi stress menentukan kemampuan seseorang untuk mengatasi stress tersebut. Individu bereaksi berbeda-beda. Begitu pula stress yang dialami para remaja yang hamil diluar nikah. Mereka mengalami stress dengan tingkatan yang berbeda-beda. Pura-pura seakan masalah tidak atau tidak terjadi merupakan suatu bentuk penyangkalan.
Orang yang mengalami stress harus melakukan coping stress untuk mengurangi tingkat stress yang ia alami. Coping stress adalah sebuah cara menyelesaikan masalah. Coping stress berfokus pada masalahnya, dimana seorang harus menghadapi stress . Pada saat mengalami masalah medis yang serius, strategi berfokus pada masalah seperti mencari informasi dan tetap menunjukan semangat dan menjaga harapan kemungkinan bersifat adaptif dan meningkatkan kesempatan untuk sembuh.
Pada kasus stress pada remaja yang mengalami aborsi pranikah, ada beberapa coping stress yang bisa dilakukan oleh para remaja tersebut. Mulai dari memperdalam dan meningkatkan kepercayaan agamanya, mengurangi stress dengan memohon ampunan kepada Allah atas dosa yang sudah ia perbuat, lalu pendekatan kognitif dengan cara merubah pola fikir para remaja tersebut dan pendampingan dari keluarga agar remaja tersebut bisa membangkitkan semangat hidupnya dan juga memotivasi untuk merubah dan memperbaiki diri, penerimaan dari lingkungan sosial dan interaksi sosial yang di perbaiki untuk membantu support pihak eksternal agar remaja tersebut bisa lebih pede untuk kembali menjalankan aktifitasnya seperti sedia kala. Pendidikan mengenai seks dan bahaya aborsi pada wanita yang dilakukan agar para remaja lebih paham dan dapat memilah milih pergaulannya.

Sumber            :
-          Sarwono, Sarlito W .2010. Psikologi Remaja. Jakarta : Penerbit PT.RajaGrafindo Persada
-          Tjokronegoro, Prof.dr. Arjatmo. Aborsi dalam Perspektif Fiqh Kontemporer. Depok :  
Balai penerbit FKUI

                                                            
HUBUNGAN ANTARA KESEHATAN MENTAL
DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL
A.          Kesehatan Mental
Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU Kesehatan No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis. World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.
Individu Yang Sehat Mental
             Pribadi yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah laku yang kuat & bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai norma & pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal & intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989). Sedangkan menurut Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Saat ini, individu yang sehat mental dapat dapat didefinisikan dalam dua sisi, secara negative dengan absennya gangguan mental dan secara positif yaitu ketika hadirnya karakteristik individu sehat mental. Adapun karakteristik individu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif, seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006).

B.          Kecerdasan Emotional
“Emosi” berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti  “menggerakkan, bergerak”  (Goleman, 2006). Menurut Goleman (2006) emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan fisiologis dan biologis, dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Menurut Goleman (2006) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan impuls emosional, kemampuan untuk membaca perasaan orang lain, dan kemampuan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Goleman (2006) menyatakan bahwa konsep kecerdasan emosional meliputi lima wilayah utama, yaitu :
1. Mengenali emosi diri Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini merupakan dasar kecerdasan emosional. Konsep ini meliputi kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu yang merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri.
Ketidakmampuan untuk mengenali emosi diri kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah sebuah pilot yang andal bagi kehidupan mereka. Karena mereka mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya di dalam pengambilan keputusankeputusan masalah pribadi, mulai dari masalah siapa yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang akan diambil.
2. Mengelola emosi
Bagaimana menangani perasaan agar perasaan kita dapat terungkap dengan dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Pada konsep ini akan ditinjau kemampuan kita untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, dan akibat-akibat yang akan timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.
3. Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
4. Mengenali emosi orang lain Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Di sini akan di teliti akar empati, biaya sosial akibat ketidakpedulian secara emosional, dan alasan-alasan mengapa empati memupuk altruisme.
Orang yang berempatik akan lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain. Orang-orang seperti ini lebih cocok untuk pekerjaan-pekerjaan keperawatan, mengajar, penjualan, dan manajemen.
5.             Membina hubungan Seni membina hubungan,
sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Di konsep ini akan ditinjau keterampilan dan ketidakterampilan sosial, dan keterampilan-keterampilan tertentu yang berkaitan. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini aakan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain, mereka ini adalah “bintang-bintang” nya dalam pergaulan.

            Jadi hubungan kesehatan mental dengan kecerdasan emotional seperti saat kita mengalami stress, kesehatan mental kita terganggu dan berpengaruh pada kecerdasan emosional kita. Kita jadi harus lebih bisa mengatur dan mengelola emosi kita, karena pada saat stress bisa saja emosi kita tidak terkendali, Kita jadi mudah marah.
            Seperti yang sudah di jelaskan oleh Goleman (2006) yang menyatakan bahwa konsep kecerdasan emosional meliputi lima wilayah utama, yaitu Mengenali emosi diri Kesadaran diri dengan kesehatan mental yang baik kita pun dapat mengenali emosi dan juga mengelola emosi kita. Sadar apa yang harus dilakukan untuk mengurangi atau mengelola emosi yang tidak baik. Kesehatan mental yang baik juga berdampak dapat meningkatkan motivasi kepada diri sendiri serta dapat lebih peka dan mengenali emosi orang lain dan bisa berempati pada orang disekelilingnya. Dengan kesehatan mental yang baik juga kita bisa membina hubungan seni dan juga lebih aktif dalam melakukan aktifitas sehari hari.Karena didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.

Sumber :
Dewi, Kartika Sari. 2012. Kesehatan Mental, Semarang : UPT UNDIP Proses Semarang
Semiun, Y., (2006). Kesehatan mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Riyadh, Dr.Sa’ad. 2007. Jiwa dalam Bimbingan Rasulullah. Depok: Gema Insani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar