FENOMENA
STRESS PADA REMAJA WANITA YANG MELAKUKAN ABORSI DILUAR NIKAH
2,3
Juta Kasus Aborsi Per Tahun, 30 Persen oleh Remaja
DENPASAR, SENIN
— Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, 30
persen di antaranya dilakukan oleh para remaja.
"Kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD) pada remaja menunjukkan kecenderungan meningkat antara 150.000
hingga 200.000 kasus setiap tahun," kata Luh Putu Ikha Widani dari Kita
Sayang Remaja (Kisara) Bali di Denpasar Senin.
Ia mengatakan, survei
yang pernah dilakukan pada sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan, KTD
mencapai 37.000 kasus, 27 persen di antaranya terjadi dalam lingkungan pranikah
dan 12,5 persen adalah pelajar. KTD di kalangan remaja hingga sekarang masih
menjadi dilema yang belum dapat diselesaikan secara tuntas. Banyak kalangan
yang pada akhirnya memojokkan remaja sebagai pelaku tunggal.
"Jika dicermati
lebih jauh, munculnya KTD di kalangan remaja adalah akumulasi dari serangkaian
ketidakberpihakan berbagai kalangan terhadap remaja," ujar Ikha
Widani. Hambatan tersebut antara lain menyangkut upaya memberikan
informasi kesehatan reproduksi yang cukup dan mendalam, serta semakin banyaknya
remaja yang terjebak oleh mitos dibanding dengan fakta.
Untuk itu, langkah awal
perlunya upaya meningkatkan akses remaja terhadap informasi yang benar dengan
merangkul berbagai kalangan, termasuk media massa. Ikha Widani menjelaskan,
selain kehamilan yang tidak diinginkan perlu mendapat penanganan secara serius,
juga menyangkut penderita HIV/AIDS, mengingat lebih dari 50 persen menimpa
kelompok usia 19-25 tahun dengan kondisinya semakin mengkhawatirkan.
"Berbagai hasil
penelitian menunjukkan, sekitar 28,5 persen para remaja telah melakukan
hubungan seksual sebelum nikah dan 10 persen di antaranya akhirnya menikah dan
memiliki anak," ujar Ikha Widani.
(http://regional.kompas.com/read/2009/02/16/11310897/2.3.Juta.Kasus.Aborsi.per.Tahun..30.Persen.Oleh.Remaja)
(Diunduh tanggal 25 April 2015)
Pasangan Mahasiswa Pelaku Aborsi Diamankan Polisi
Muhammad Nur
Abdurrahman - detikNews

Makassar, -
Dua sejoli pelaku kasus aborsi yang masih berstatus mahasiswa di perguruan
tinggi swasta terbesar di Makassar, yakni RM (21) dan WI (21), diamankan di
rumahnya di komplek Phinisi Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan.
Pasangan remaja ini dibekuk anggota Polsek Rappocini, setelah seorang sopir taksi Bosowa bernama Bayu datang melapor ke Polsek Rappocini, bahwa dirinya telah mengantar beberapa orang remaja ke Taman Pemakaman Islam (TPI) Sudiang, pada Jumat (17/10), untuk menguburkan bayi yang sudah dibungkus kain kafan.
Selain kedua
pasangan remaja ini, tiga rekannya yang sekampus dengan kedua pelaku, yakni WW,
IW dan AM, turut diamankan ke Mapolsek, Minggu (19/10/2014) karena turut
membantu atau mengetahui proses pemakaman janin yang sudah diaborsi tersebut.
RM (21), tersangka pria, yang ditemui detikcom di ruang Unit Reskrim Polsek Rappocini menyebutkan bahwa WI (21), kekasihnya yang ia pacari sejak tahun 2011 dan terlanjur berbadan dua tersebut belum siap memiliki bayi dan malu pada keluarganya yang tinggal di Jayapura.
RM mengakui bahwa WI nekat menggugurkan kandungannya yang telah masuk usia 6 bulan dengan mengkonsumsi pil tertentu yang ia beli secara online.
"Saya beli
pil-nya pada seseorang yang kami kenal melalui Internet, ketemuannya di jalan
AP Pettarani, setelah dikonsumsi janinnya keluar," ujar RM.
Usai digugurkan, orok tersebut dibungkus kain kafan lalu disalati di rumah pelaku, sebelum dimakamkan di TPI Sudiang. RM membayar tukang gali kubur sebesar Rp 1,5 juta di TPI Sudiang.
AKP dr. Mauluddin Mansur Sp.F, anggota tim forensik Dokpol Polda Sulselbar, pada detikcom di Mapolsek Rappocini, menyebutkan pihaknya akan melakukan otopsi dengan membongkar makam bayi pada senin sore (20/10).
"Kami akan bongkar kuburan janin tersebut untuk memastikan apa betul kasus ini tindakan aborsi atau bukan, bilamana janin berusia 8 bulan ke bawah itu termasuk kasus aborsi, tapi kalau usia janin sudah 9 bulan maka tindakannya adalah pembunuhan bayi," ujar dia.
Akhiri hari anda dengan menyimak beragam informasi penting dan menarik sepanjang hari ini, di "Reportase Malam" pukul 01.30 WIB, hanya di Trans TV
(http://news.detik.com/read/2014/10/20/013350/2723348/10/pasangan-mahasiswa-pelaku-aborsi-diamankan-polisi)
(Diunduh tanggal 25 April 2015)
A.
PENGERTIAN
ABORSI
Membicarakan
mengenai aborsi ini memfokuskan pada perempuan, yaitu perempuan mempunyai
dilemma untuk meneruskan atau menghentikan kehamilannya. Hal ini cukup sulit
karena berkaitan dengan kehidupan orang lain.
Bagaimana
keputusan yang diambil itu sudah mempertimbangkan segi agama,hokum kesehatan
dan bahkan segi sosial budaya di Indonesia. Dalam pengambilan keputusannya aka
nada konflik yang terjadi, apabila sang ibu menggugurkan calon anak yang ada di
janinnya sang ibu akan berdosa dan akan timbulnya rasa bersalah yang sangat
besar sedangkan apabila iya mempertahankan calon anak dalam janinnya maka sang
ibu harus menyiapkan mental karena akan adanya resiko dalam segi sosial.
Istilah
abortus atau aborsi secara etimologis
berarti pengguran atau keguguran kandungan atau membuang janin dan perkataan abortus merupakan istilah bahasa inggris
yang sudah diterjemahkan oleh dokter Arab menjadi Isqatul hamil (pengguran kandungan yang sudah tua). Sedangkan
pengguran kandungan masih muda di terjemahkan oleh dokter Arab menjadi istilah wasailul ijhash (Menstrual
Regulation/MR).
Adapun
abortus menurut pendapat ahli kedokteran adalah sebagai berikut :
1.
Menurut Bahasa : Kata aborsi berasal
dari bahasa inggris yaitu Abortion yang artinya gugur kandungan atau keguguran.
Dalam bahasa arab disebut Isqatu Al Hamil atau Al Ijhadh.
2.
Menurut Sardikin Ginaputra (Fak.
Kedokteran UI) : Abortus ialah pengakhiran kehamilan, atau konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan.
3.
Menurut Dokter Suma’mur PKMSe : Abrortus
suatu peristiwa keluarnya kehamilan sebelum anak mampu untuk melangsungkan
hidup secara berdiri sendiri.
4.
Menurut Nani Soendo, SH : Aborsi adalah
pengeluaran buah kehamilan, pada waktu janin masih demikian kecilnya,sehingga
tidak dapat hidup.
B.
PENGERTIAN
STRESS
Menurut Hans Selye,
“stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap
tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya” (Pusdikes,Dep.Kes.1989)
Menurut Lazarus (1976)
stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu
dihadapkan pada situasi internal dan eksternal.
Menurut Korchin (1976)
keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu
banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang
Menurut Vincent
Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brect (2000) bahwa yang dimaksud
stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan
dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan
individu didalam lingkungan tersebut
C.
PENYEBAB
REMAJA MELAKUKAN ABORSI
Kehamilan yang tidak
diinginan sebagai akibat dari seks pranikah yang dilakukan oleh remaja wanita
umumnya berakhir aborsi. Kehamilan tersebut merupakan stressor yang mengancam
kesejahteraan mereka dan menjadikan aborsi sebagai satu satunya solusi untuk
menghindari resiko dan tanggung jawab sosial, financial, dan psikologis yang
ada apabila kehamilan tersebut dilanjutkan.
Salah satu anggapan
yang sering dikemukakan orang adalah faktor agama. Dapat dikatakan bahwa
perilaku yang awalnya berupa perilaku seksual yang bertentangan dengan norma
agama pada remaja disebabkan merosotnya kepercayaan pada agama. Dalam kaitan
norma sosial pun menjadi salah satu alasan para remaja wanita lebih memilih
untuk melakukan aborsi karena pada saat dia harus memutuskan mempertahankan
kandungannya akan ada konsekuensi sosial yang akan di terima oleh anak remaja
tersebut.
Kesiapan mental sang
calon ibu pun menjadi pertimbangan. Karena kehamilan di luar nikah membuat
peluang besar calon ibu mengalami stress karena kurangnya persiapan mental sang
ibu. Penerimaan dari lingkungan yang harus dia terima dan juga dari keluarga
akan menjadi pertimbangan selanjutnya buat sang calon ibu.
Penyebab selanjutnya
adalah kurang bertanggung jawabnya calon ayah. Mereka melakukan hubungan
seksual di luar nikah memang karena suka sama suka namun bisa saja calon sang
ayah hanya ingin memuaskan nafsu seksualnya semata tanpa memikirkan apa
konsekuensi yang akan ia terima setelah mereka melakukan hubungan seksual di
luar nikah tersebut , apalagi pasangan muda biasanya masih ingin menikmati
hidup bebasnya.
Lahirnya
anak tanpa persiapan yang matang, tanpa upacara perkawinan yang resmi merupakan
aib buat seluruh keluarga dan ditambah pula akan terganggunya pendidikan remaja
wanita tersebut menjadi penyebab timbulnya stress dan bisa saja berujung pada
depresi. Kurangnya pendidikan seks yang baik dan juga pendidikan tentang bahaya
aborsi yang menjadi pemicu utama para remaja tidak mempertimbangkan terlebih
dahulu saat akan melakukan hubungan seksual.
D.
ANALISIS
KASUS
Tingkat aborsi di
Indonesia sekarang sangatlah tinggi dan juga sekarang bukan saja dilakukan oleh
para wanita yang memang mendapat rujukan aborsi namun juga sekarang sangat
banyak dilakukan oleh para remaja wanita diluar nikah. Hal tersebut menjadi
salah satu faktor yang menimbulkan stress pada para remaja wanita.
Stress merupakan fakta
hidup, tapi cara dalam menghadapi stress menentukan kemampuan seseorang untuk
mengatasi stress tersebut. Individu bereaksi berbeda-beda. Begitu pula stress
yang dialami para remaja yang hamil diluar nikah. Mereka mengalami stress
dengan tingkatan yang berbeda-beda. Pura-pura seakan masalah tidak atau tidak
terjadi merupakan suatu bentuk penyangkalan.
Orang yang mengalami
stress harus melakukan coping stress untuk mengurangi tingkat stress yang ia
alami. Coping stress adalah sebuah cara menyelesaikan masalah. Coping stress
berfokus pada masalahnya, dimana seorang harus menghadapi stress . Pada saat
mengalami masalah medis yang serius, strategi berfokus pada masalah seperti
mencari informasi dan tetap menunjukan semangat dan menjaga harapan kemungkinan
bersifat adaptif dan meningkatkan kesempatan untuk sembuh.
Pada kasus stress pada
remaja yang mengalami aborsi pranikah, ada beberapa coping stress yang bisa
dilakukan oleh para remaja tersebut. Mulai dari memperdalam dan meningkatkan
kepercayaan agamanya, mengurangi stress dengan memohon ampunan kepada Allah
atas dosa yang sudah ia perbuat, lalu pendekatan kognitif dengan cara merubah
pola fikir para remaja tersebut dan pendampingan dari keluarga agar remaja
tersebut bisa membangkitkan semangat hidupnya dan juga memotivasi untuk merubah
dan memperbaiki diri, penerimaan dari lingkungan sosial dan interaksi sosial
yang di perbaiki untuk membantu support pihak eksternal agar remaja tersebut
bisa lebih pede untuk kembali menjalankan aktifitasnya seperti sedia kala. Pendidikan
mengenai seks dan bahaya aborsi pada wanita yang dilakukan agar para remaja
lebih paham dan dapat memilah milih pergaulannya.
Sumber :
-
Sarwono, Sarlito W .2010. Psikologi Remaja. Jakarta : Penerbit
PT.RajaGrafindo Persada
-
Tjokronegoro, Prof.dr. Arjatmo. Aborsi dalam Perspektif Fiqh Kontemporer.
Depok :
Balai
penerbit FKUI
-
(http://regional.kompas.com/read/2009/02/16/11310897/2.3.Juta.Kasus.Aborsi.per.Tahun..30.Persen.Oleh.Remaja)
(Diunduh tanggal 25 April 2015)
-
(http://news.detik.com/read/2014/10/20/013350/2723348/10/pasangan-mahasiswa-pelaku-aborsi-diamankan-polisi)
(Diunduh tanggal 25 April 2015)
HUBUNGAN ANTARA KESEHATAN MENTAL
DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL
A.
Kesehatan
Mental
Sehat (Health) secara
umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna)
baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit
atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU Kesehatan No. 23/ 1992
menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara
sosial maupun ekonomis. World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa
kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu,
yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan
yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan
serta di komunitasnya.
Individu
Yang Sehat Mental
Pribadi
yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah laku yang
kuat & bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai norma
& pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal &
intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989). Sedangkan menurut Karl Menninger,
individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk
menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan
orang lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Saat ini, individu yang
sehat mental dapat dapat didefinisikan dalam dua sisi, secara negative dengan
absennya gangguan mental dan secara positif yaitu ketika hadirnya karakteristik
individu sehat mental. Adapun karakteristik individu sehat mental mengacu pada
kondisi atau sifat-sifat positif, seperti: kesejahteraan psikologis (psychological
well-being) yang positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan
(virtues) (Lowenthal, 2006).
B.
Kecerdasan
Emotional
“Emosi”
berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti “menggerakkan, bergerak” (Goleman, 2006). Menurut Goleman (2006) emosi
adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan fisiologis dan
biologis, dan serangkaian
kecenderungan
untuk bertindak. Menurut Goleman (2006) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk
mengendalikan impuls emosional, kemampuan untuk membaca perasaan orang lain, dan
kemampuan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Goleman (2006) menyatakan bahwa konsep
kecerdasan emosional meliputi lima wilayah utama, yaitu :
1. Mengenali emosi diri Kesadaran diri
adalah kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini merupakan
dasar kecerdasan emosional. Konsep ini meliputi kemampuan untuk memantau
perasaan dari waktu ke waktu yang merupakan hal penting bagi wawasan psikologi
dan pemahaman diri.
Ketidakmampuan untuk mengenali emosi
diri kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang
yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah sebuah pilot yang andal bagi kehidupan mereka. Karena mereka
mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya di
dalam pengambilan keputusankeputusan masalah pribadi, mulai dari masalah siapa
yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang akan diambil.
2. Mengelola emosi
Bagaimana menangani perasaan
agar perasaan kita dapat terungkap dengan dengan pas adalah kecakapan yang
bergantung pada kesadaran diri. Pada konsep ini akan ditinjau kemampuan kita
untuk
menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, dan akibat-akibat yang
akan timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang-orang yang buruk
kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan
perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh
lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.
3.
Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai
tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian,
untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi.
Kendali diri emosional yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan
dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
4. Mengenali emosi orang lain Empati,
kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan
“keterampilan bergaul” dasar. Di sini akan di teliti akar empati, biaya sosial
akibat ketidakpedulian secara emosional, dan alasan-alasan mengapa empati
memupuk altruisme.
Orang yang
berempatik akan lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi
yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain.
Orang-orang seperti ini lebih cocok untuk pekerjaan-pekerjaan keperawatan,
mengajar, penjualan, dan manajemen.
5.
Membina hubungan Seni membina hubungan,
sebagian besar
merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Di konsep ini akan ditinjau
keterampilan dan ketidakterampilan sosial, dan keterampilan-keterampilan
tertentu yang berkaitan. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas,
kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam
keterampilan ini aakan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang
mulus dengan orang lain, mereka ini adalah “bintang-bintang” nya dalam
pergaulan.
Jadi
hubungan kesehatan mental dengan kecerdasan emotional seperti saat kita
mengalami stress, kesehatan mental kita terganggu dan berpengaruh pada
kecerdasan emosional kita. Kita jadi harus lebih bisa mengatur dan mengelola
emosi kita, karena pada saat stress bisa saja emosi kita tidak terkendali, Kita
jadi mudah marah.
Seperti
yang sudah di jelaskan oleh Goleman (2006) yang menyatakan bahwa konsep
kecerdasan emosional meliputi lima wilayah utama, yaitu Mengenali emosi diri Kesadaran
diri dengan kesehatan mental yang baik kita pun dapat mengenali emosi dan juga
mengelola emosi kita. Sadar apa yang harus dilakukan untuk mengurangi atau
mengelola emosi yang tidak baik. Kesehatan mental yang baik juga berdampak
dapat meningkatkan motivasi kepada diri sendiri serta dapat lebih peka dan
mengenali emosi orang lain dan bisa berempati pada orang disekelilingnya. Dengan
kesehatan mental yang baik juga kita bisa membina hubungan seni dan juga lebih
aktif dalam melakukan aktifitas sehari hari.Karena didalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang sehat.
Sumber :
Dewi, Kartika Sari. 2012. Kesehatan Mental, Semarang : UPT UNDIP Proses Semarang
Semiun, Y., (2006). Kesehatan
mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Riyadh, Dr.Sa’ad. 2007. Jiwa
dalam Bimbingan Rasulullah. Depok: Gema Insani