Rabu, 15 Juni 2016

Psikoterapi


TUGAS PSIKOTERAPI
CONTOH KASUS DAN PENYELESAIAN
PENDEKATAN HUMANISTIK 




FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA

Disusun Oleh :
3 PA 11

Mega Setyorini Putri   15513391

1  A. Pengantar Humanistik   
    Definisi Humanistik
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis.
Permasalahan ini dirangkum dalam lima postulat psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
a.       Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen
b.      Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya
c.       Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain
d.      Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab
e.       Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas
Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.
Humanistik mengatakan bahwa manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati, dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri. Karena itu, walaupun dalam penelitian boleh saja dilakukan analisis rinci mengenai bagaian-bagian jiwa manusia, namun dalam penyimplannya, manusia harus dikembalikan dalam kesatuan yang utuh. Pandangan seperti ini adalah pandangan yang holistik. Selain itu manusia juga harus dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, pengembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan dari sudut kemanusiaannya itu sendiri. Karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran psikoanalisa dan behavior seperti cinta, kreativitas, pertumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencin, agresivitas, kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan humanistik.
Humanistik menjelaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang pesimisme dan keputusan pandangan pskoanalisa dan konsep kehidupan “robot” pandangan behaviorisme. Humanistik yakin bahwa manusia memiliki di dalam dirinya potensi untuk berkembang sehat serta kreatif, dan jika orang mau menerima tanggung jawab untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua, sekolah dan tekanan sosial lainnya.

2.Konsep-Konsep Utama 
Psikologi eksistensial humanistik berfokus pad kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikao yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-tekni yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu, pendekatan eksistensial humanistik bukan suatu aliran tepai, bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik. Pendekatan terapi eksisensial juga bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
a.       Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
b.      Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi – potensinya.
c.       Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.
3.Fungsi dan Peran Terapis 
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keluwesan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang dgunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu fase ke fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.
Buhler dan Allen (1972) sepakat bahwa psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih sistem teknik. Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikolog humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut:
a.       Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b.      Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
c.       Mengakui sifat timbal balik dari hubungan teurapetik
d.      Berorientasi pada pertumbuhan
e.       Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebaga suatu pribadi yang menyeluruh
f.       Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien
g.      Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien
h.      Mengakui kebebasan klien untuk mengungkap pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.

Contoh Kasus :
Chalista  adalah siswa SMA kelas II yang sangat aktif dalam berbagai ekstrakulikuler. Chalista mengikuti 4 ekstrakulikuler yang berbeda, dan setiap kegiatan yang dibuat dalam organisasinya ia selalu dipercaya menjadi panitia utama. Bahkan chalista menjadi ketua dalam organisasi Palang Merah Remaja, selain itu dalam ekstrakulikuler lain pun ia menjadi bagian struktur organisasi, seperti menjadi ketua angkatan, sekretaris dan juga tim utama dalam paduan suara. Chalista sangat bersemangat dan selalu memberikan yang terbaik dalam setiap kegiatan organisasinya tersebut.
Namun, dibalik keaktifannya dalam berbagai organisasi menyebabkan ia harus mengurangi dan sering izin dalam pelajaran sekolah. Hingga suatu hari dalam pembagian raport orangtua chalista terkejut karena nilai-nilainya banyak yang turun dan juga peringkatnya dikelas sangat jauh dibanding ketika SMP. Suatu hari Chalista mengatakan keinginannya untuk menambah ekstrakulikuler kepada sang ibu, namun tidak mendapat perizinan tetapi tidak diindahkan oleh Chalista, ia tetap menambah ekstakulikulernya. karena sang ibu khawatir akhirnya Chalista diajak ke psikolog untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik.

Penanganan :
Penanganan yang tepat untuk Chalista menurut saya adalah dengan menggunakan pendekatan Humanistik, yaitu dengan melakukan Client Center Therapy (CCT).
Pendekatan client centered therapy difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya.
Pada awal konseling konselor membangun kepercayaan dengan klien dengan menjalin hubungan yang baik dan menyakinkan kepada klien bahwa apa pun rahasia yang akan dia ungkapkan akan dijamin kerahasiaannya. Setelah klien yakin dan percaya, ia akan menceritakan masalahnya, dan tugas konselor adalah mendengarkan dengan baik masalah yang sedang dihadapi klien. Selama proses konseling, konselor tidak memberikan saran-saran atau masukan kepada klien dalam pengambilan keputusan. Konselor hanya memberikan gambaran singkat dan tidak menjurus mengenai apa yang akan menjadi pilihan klien dan dihubungkan dengan permasalahan yang klien hadapi. Tugas konselor hanyalah memberikan support dan dukungan terhadap apa yang menjadi pilihan klien. Keputusan terakhir untuk menentukan ada di tangan klien, karena klien sendiri yang memahami dirinya sendiri dan apa yang terbaik untuk dirinya.

Daftar Pustaka

Corey, G. (2007). Teori dan peraktek konseling & psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama

Sabtu, 26 Maret 2016

Psikologi Eksperimen

Topik               : Suhu Tinggi
Masalah           : Apakah suhu tinggi dapat menyebabkan prilaku agresif?”

Hipotesis
·         Hipotesis Ilmiah
Hipotesis Umum         : Tempat dengan suhu tinggi dapat 
  menyebabkan prilaku agresif.
Hipotesis Eksplisit      : Subjek yang berada di tempat dengan
suhu udara tinggi akan memiliki tingkat agresif yang lebih tinggi daripada subjek yang tidak berada di tempat suhu udara tinggi.

·         Hipotesis Statistik
Ha                               : Subjek yang berada di tempat dengan suhu 
udara tinggi akan memiliki tingkat agresif yang lebih tinggi daripada subjek yang tidak berada di tempat dengan suhu udara tinggi
Ho                               : Subjek yang berada di tempat dengan suhu 
udara tinggi akan memiliki tingkat agresif yang tidak berbeda dengan subjek yang tidak berada di tempat dengan suhu udara tinggi

Variabel
·         Variable Bebas          : Suhu Ruang Tinggi
-          Variasi                   : Ada-Tidak ada, yaitu subjek ditempatkan 
pada ruangan yang memiliki AC bersuhu rendah dengan disediakan meja dan kursi dan ditempatkan pada ruangan dengan yang tidak memiliki AC bersuhu tinggi tanpa disediakan meja dan kursi.
-          Manipulasi             : Manipulasi kejadian, dengan cara kedua 
kelompok diberikan pelatihan PBB di lapangan, kemudian kedua kelompok tersebut ditempatkan pada ruangan yang memiliki AC dan tidak memiliki AC

·         Variable Terikat        : Perilaku Agresif
-          Jenis Pengukuran  : Perilaku yang tampak
-          Cara Pengukuran   : Jawaban Pasti, yaitu melalui skala Guttman
akan diperoleh jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”. Pernyataan dalam instrumen berupa pernyataan positif dan penyataan negatif. Untuk setiap pernyataan positif diberi skor 1 untuk yang menjawab “ya” dan 0 untuk yang menjawab “tidak”. Sedangkan setiap penyataan negatif diberi skor 0 untuk yang menjawab “ya” dan skor 1 untuk yang menjawab “tidak”.

·         Variabel Sekunder    :
Ø  Jenis Kelamin (dikontrol dengan teknik blocking, yaitu jumlah laki-laki dan perempuan sama pada setiap kelompok).
Ø  Tingkat Pendidikan (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu memilih subjek dengan tingkat pendidikan yang sama).
Ø  Status sosial ekonomi (dikontrol dengan teknik randomisasi, yaitu secara acak memasukkan subjek ke dalam KE dan KK).
Ø  Usia (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu memilih subjek dengan usia yang sama).

Ø  Stimulus (dikontrol dengan teknik konstansi, dalam jumlah KK dan KE sebanyak 14 orang, terdapat masing-masing 2 orang perempuan dan 2 orang laki-laki sebagai pemberi stimulus)
Ø  Ruangan (dikontrol dengan teknik konstansi, ukuran ruangan yang digunakan untuk KE dan KK sama-sama berukuran sedang)
Ø  Teknik Pelatihan PBB (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu memakai teknik pelatihan PBB yang sama bagi semua subjek).
Ø  Waktu pelatihan PBB (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu lamanya waktu pelatihan PBB sama bagi semua subjek sekitar 30 menit).
Ø  Kegiatan relaksasi lain ( dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu semua subjek tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan relaksasi lain selama penelitian).

Tipe dan Desain Penelitian
·         Tipe Penelitian : Controlled Laboratory Experiment
·         Desain Penelitian        : Desain 2 kelompok (desain antar-kelompok)

Perencanaan Penelitian
·         Subjek                         : Siswa SMP yang duduk di kelas VIII yang
berjenis kelamin Laki-laki dan Perempuan. Jumlah subjek yang dibutuhkan adalah 28 orang dengan jumlah laki-laki dan perempuan masing-masing 14 orang.
·         Peralatan                     : Skala agresi guttman, ruang berAC, meja,
  balok-balok dan kursi.
·         Prosedur
Ø  28 subjek di peroleh dari hasil pengundian dari seluruh siswa kelas VIII suatu SMP dengan jumlah masing-masing subjek laki-laki dan perempuan berjumlah genap.
Ø  Kemudian dilakukan pengundian untuk memasukkan subjek laki-laki dan perempuan ke dalam 2 kelompok (KE dan KK), sehingga kedua kelompok terdiri dari subjek laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang sama.
Ø  Kedua kelompok subjek tersebut kemudian diminta untuk melakukan pelatihan PBB selama 30 menit.
Ø  Setelah itu, kedua kelompok subjek ditempatkan pada ruangan yang sudah disiapkan. Pada kelompok eksperimen, ruangan yang disiapkan tidak memiliki pendingin ruangan dengan suhu ruang tinggi dan tidak diberikan meja dan kursi untuk belajar.
Ø  Pada kelompok control ruangan yang disiapkan memiliki pendingin ruangan dengan suhu rendah dan diberikan meja dan kursi untuk belajar.
Ø  Kemudian pada kelompok KE dan KK diberikan istirahat selama 5-10 menit.
Ø  Pada saat istirahat, dari 14 subjek pada kelompok eksperimen dan kelompok control, terdapat masing-masing 2 perempuan dan 2 laki-laki yang dijadikan sebagai stimulus untuk 10 orang lainnya, stimulus berupa dengan membuat kegaduhan diruangan tersebut.
Ø  Setelah memberikan stimulus 2 perempuan dan 2 laki-laki yang dijadikan sebagai pemberi stimulus akan melihat apa yang terjadi pada setiap KE dan KK.
Ø  Setelah 10 menit istirahat, KK dan KE diberikan games menyusun balok membentuk piramida setinggi mungkin
Ø  Kemudian setelah selesai bermain games, subjek pada kedua kelompok diminta untuk mengisi kuesioner skala agresi Guttman.
Ø  Skor dari setiap subjek diperbandingkan dengan analisis statistik dan di lihat dari observasi . 

Sabtu, 16 Januari 2016

Psikologi Managemen
Tugas 8 : Makalah Komunikasi Organisasi



Komunikasi dalam Organisasi

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah
“Psikologi Manajemen”

Dosen Pengampu:
Rizki Intansari Nugraheni



Disusun Oleh :
Mega Setyorini Putri 15513391

SEMESTER V
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA

DEPOK
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.          Definisi Komunikasi
   Komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut Communication berasal dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang artinya "membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih". Dalam pengertian secara khusus mengenai komunikasi itu sendiri menurut HovlandKomunikasi adalah “proses mengubah perilaku orang lain”. Banyak ahli di dunia juga memberikan sumbangan pemikiran tentang komunikasi
       Menurut Shannon & Weaver, komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yg saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Raymond S. Ross menjelaskan komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yg serupa dengan yg dimaksudkan komunikator.
     Prof. Dr. Alo Liliweri, Komunikasi adalah pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami. Bernard Berelson & Gary A. Steiner menjelaskan komunikasi adalah Transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol -kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yg disebut dengan komunikasi.
    Dari beberapa pengertian komunikasi yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dari suatu pihak ke pihak yang lain dengan tujuan mencapai kesepakatan dan kesamaan persepsi satu sama lain, biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih.

B.          Definisi Organisasi
         Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
    Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
       Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua  orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.
      Dari beberapa pengertian tentang organisasi diatas dapat disimpulkan bahwa, organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama.

C.          Definisi Komunikasi Organisasi
        Goldhaber (1986), memberikan pengertian komunikasi organisasi yang artinya sebagai berikut, Komunikasi organisasi yaitu proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Sama dengan pemaknaan organisasi, dalam memaknai akan pengertian komunikasi itu sendiri banyak para ahli yang mencoba memberikan pengertiannya dengan persepsi mereka masing-masing. Termasuk diantara yaitu persepsi Redding dan Sanborn, mereka mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. 
        Sedangkan Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Unsur-Unsur Komunikasi
1.Komunikator (communicator)
yaitu memberi berita, yang dalam hal ini adalah orang yang berbicara, pengirim berita atau orang yang memberitakan.
2.Menyampaikan berita
dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatakan, mengirim atau menyiarkan.
3.Berita-berita yang disampaikan (message)
dapat dalam bentuk perintah, laporan, atau saran.
4.Komunikan (communicate)
yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau para pengunjung. Dengan kata lain orang yang menerima berita.
5.Tanggapan atau reaksi (response)
dalam bentuk jawaban atau reaksi.
     Kelima unsur komunikasi tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan bulat, dalam arti apabila satu unsur tidak ada, maka komunikasi tidak akan terjadi. Dengan demikian masing-masing unsur saling berhubungan dan ada saling ketergantungan. Jadi dengan demikian keberhasilan suatu komunikasi ditentukan oleh semua unsur tersebut.

B. Jenis-jenis Komunikasi Dalam Organisasi
jenis-jenis komunikasi dalam organisasi terdiri dari:

1.Komunikasi Internal
Adalah komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu sendiri. Misalnya, Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan [operasi dan manajemen]. Komunikasi internal terdiri dari dua dimensi yakni komunikasi vertical, dan komunikasi horizontal.
a.    Komunikasi Vertikal
Komunikasi dari pimpinan ke staff, dan dari staf ke pimpinan dengan cara timbal balik [two way traffic communication]. Komunikasi vertical ada dalam bentuk komunikasi kebawah dan komunikasi keatas. Fungsi komunikasi kebawah antara lain :
1)   Melaksanakan kebijaksanaan, prosedur kerja, peraturan, instruksi, mengenai pelaksanaan kerja bawahan.
2)    Menyampaikan pengarahan doktrinasi, evaluasi, teguran.
3)   Memberikan informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaan-kebijaksaan organisasi, insentif
Seorang pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi dengan bawahannya, dan memahami cara-cara mengambil kebijaksanaan, terhadap bawahannya.Keberhasilan organisasi dilandasi oleh perencanaan yang tepat, dan seorang pimpinan organisasi yang memiliki jiwa kepemimpinan. Kedua hal terseut merupakan modal utama untuk kemajuan organisasi yang dipimpinnya. Contoh : pimpinan memberikan instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan, perintah, pengumuman, rapat, majalah intern.
Sedangkan fungsi komunikasi keatas antara lain :
1)   Memberikan pengertian mengenai laporan prestasi kerja, saran, usulan, opini, permohonan bantuan, dan keluhan.
2)   Memperoleh informasi dari bawahan mengenai kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan bawahan dari tingkat yang lebih rendah.
Bawahan tentulah berharap agar ide, saran, pendapat, tanggapan maupun kritikannya dapat diterima dengan lapang dada, dan hati terbuka oleh pimpinan. Contoh : staf memberikan laporan, saran-saran, pengaduan, kritikan, kotak saran, dsb kepada pimpinan.
b.    Komunikasi horizontal
Bentuk komunikasi secara mendatar, diantara sesama karyawan dsbnya. Komunikasi horizontal sering kali berlangsung tidak formal.
Fungsi komunikasi horizontal/ke samping digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level yang sama. Komunikasi ini berlangsung dengan cara tatap muka, melalui media elektronik seperti telepon, atau melalui pesan tertulis.
c.    Komunikasi Diagonal (Cross Communication)
Komunikasi antara pimpinan seksi/bagian dengan pegawai seksi/bagian lain.

2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi antara pimpinan organisasi [perusahaan] dengan khalayak umum di luar organisasi.

C. Empat Jenis Arah Komunikasi Dalam Organisasi
1.     Komunikasi ke atas
     Komunikasi ke atas dalam organisasi merupakan jenis informasi yang mengalir dari tingkat bawahan ke tingkat yang lebih tinggi (atasan). Komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan, diantara alasan itu ialah:
1. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh  mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya.
2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka.
3. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasioperasi sebenarnya.
4 Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas ke pada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi.
5. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.
6. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut.
2.    Komunikasi ke bawah
    Komunikasi ke bawah ini merupakan sebuah komunikasi yang mengalir dari tingkat atasan (jabatan yang lebih tinggi) kepada tingkat yang lebih rendah (jabatan yang lebih rendah). komunikasi kebawah mempunyai 5 tujuan pokok yaitu:
1)Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu
2)Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan
3)Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional
4)Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan
5)Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu   organisasi menanamkan
    pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
   Salah satu kelemahan saluran komunikasi dari atas ke bawah ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting yang ditujukan kepada para bawahan.

3.   Komunikasi horizontal
      Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih yang posisinya setara.
4.     Komunikasi informal
     Komunikasi Informal yang terjadi karena adanya komunikasi antara sesama karyawan dalam suatu organisasi. Komunikasi informal (the grapevine) biasanya disebarluaskan melalui desas-desus atau kabar angin dari mulut ke mulut dari satu orang ke orang yang lainnya dalam suatu organisasi dimana kebenarannya tidak bisa dijamin karena kadang-kadang bertentangan dengan perusahaan. Jadi agar komunikasi informal bisa bermanfaat maka seseorang pemimpin harus bisa memakai jalur ini untuk memperlancar berjalannya komunikasi formal perusahaan (komunikasi formal ini jangan sampai mengakibatkan timbulnya desas-desus yang meresahkan karyawan).

D. Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi
1.   Hambatan dari Proses Komunikasi
     Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
a) Hambatan dalam penyandian/symbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
b) Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
c) Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
d) Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
e) Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan (cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
3. Hambatan Semantik
Faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya perbedaan bahasa ( bahasa daerah, nasional, maupun internasional), adanya istilah – istilah yang hanya berlaku pada bidang-bidang tertentu saja, misalnya bidang bisnis, industri, kedokteran, dll.
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.
5. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.

E.  Konsep Kunci Komunikasi Organisasi
    Goldhaber (1986) menyatakan definisi komunikasi organisasi: “organizational communication is the process of creating and exchanging messages within a network of independent relationship to cope with environmental uncertainty”. Dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling tukar menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti.
Dari definisi tersebut terdapat 7 konsep kunci, yaitu proses, pesan, jaringan, ketergantungan satu sama lain, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian. Berikut ini merupakan konsep kunci komunikasi organisasi (Muhammad: 2005)
1. Proses
Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus menerus dan tidak ada hentinya, maka dikatakan sebagai suatu proses.

2. Pesan
Yang dimaksudkan dengan pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Untuk berkomunikasi, seseorang
harus sanggup menyusun suatu gambaran mental, memberi nama pada gambaran tersebut dan mengembangkan suatu perasaan terhadapnya. Komunikasi tersebut efektif jika pesan yang dikirimkan itu diartikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim.

3. Jaringan
Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin mencakup hanya 2 orang, beberapa orang atau bahkan seluruh organisasi. Hakikat dan luas jaringan ini dipengaruhi banyak faktor, antara lain: hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dan arus pesan, dan isi dari pesan.

4. Ketergantungan
Keadaan saling tergantung satu bagian dengan bagian yang lain dalam satu organisasi telah menjadi sifat suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh pada bagian yang lainnya dan mungkin juga pada seluruh sistem organisasi. Begitu pula halnya dengan jaringan komunikasi dalam suatu organisasi perlu dukungan untuk saling melengkapi agar organisasi dapat berjalan dengan baik.

5. Hubungan
Karena organisasi merupakan suatu system terbuka, system kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia. Dengan kata lain jaringan melalui mana jalannya pesan dalam suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari. Hubungan manusia dalam organisasi berkisar mulai dari yang sederhana yaitu hubungan diantara dua orang atau dyadic sampai pada hubungan yang kompleks, yaitu hubungan dalam kelompok-kelompok kecil, maupun besar, dalam organisasi.

6. Lingkungan
Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembauatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan menjadi lingkungan internal (karyawan, staf, golongan fungsional dari organisasi dan komponen organisasi lainnya seperti tujuan, produk, dsb) dan lingkungan eksternal (pelanggan, pesaing dan teknologi).

7. Ketidakpastian
Ketidakpastian merupakan perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan. Untuk mengurangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan diantara anggota, melakukan suatu penelitian serta pengembangan organisasi. Ketidakpastian dalam suatu organisasi juga disebabkan terlalu banyak informasi yang diterima daripada sesungguhnya yang diperlukan untuk menghadapi lingkungan mereka. Oleh karena itu salah satu tugas utama komunikasi organisasi adalah menentukan dengan tepat banyaknya informasi yang diperlukan untuk mengurangi ketidakpastian tanpa informasi yang berlebihan.

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
        Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
  Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
      Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan dalam bekerja sama dengan orang lain. Ada dua jenis komunikasi, yaitu verbal dan non verbal, komunikasi verbal atau tertulis dan komunikasi non verbal atau bahasa(gerak) tubuh.Komunikasi dua arah terjadi bila pengiriman pesan dilakukan dan mendapatkan umpan balik. Seseorang dalam berkomunikasi pasti dapat merasakan timbal balik antara pemberi informasi serta penerima informasi sehingga terciptanya suatu hubungan yg mutualisme antara keduanya

Referensi :

Munandar. A.S. (2001). Psikologi Industri dan organisasi. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press)